Lingkungan pendidikan
LINGKUNGAN PENDIDIKAN
(Jenis dan Kedudukan Lingkungan Pendidikan)
Moh Fahrizal Hanifi
Institut Agama Islam Negeri Madura
Post el: mohfahrizalhanifi23@gmail.com
ABSTRAK
Prestasi belajar merupakan tolok ukur yang digunakan untuk mengetahui faktor keberhasilan siswa dalam pelajarannya di sekolah yang diperoleh dari hasil evaluasi belajar setelah siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar yang baik dipengaruhi oleh berbagai faktor, secara garis besar terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal, yang mendukung prestasi belajar itu sendiri dari faktor eksternal dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan pendidikan (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat).
Kata kunci: Lingkungan Pendidikan, Aktivitas Belajar, Prestasi Belajar Siswa.
Pendahuluan
Percepatan arus informasi dalam arus globalisasi yang semakin hebat, termasuk dalam sistem pendidikan menuntut kita menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, terampil, dan potensial sebagai pelaksanaan pembangunan dalam upaya mewujudkan tujuan nasional. Penyelenggaran pendidikan dapat dilakukan melalui pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan sumber daya manusia karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan sumber daya manusia sehingga dapat menciptakan manusia produktif yang mampu memajukan bangsanya. Pendidikan dalam arti luas di dalamnya terkandung pengertian mendidik, membimbing, mengajar dan melatih. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok.
Dijelaskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sebagaimana disampaikan oleh C. Clark yang dikutip dari Sudjana bahwa hasil belajar siwa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siwa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut Slameto faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa, misalnya disiplin belajar, kondisi fisiologis (keadaan fisik dari siswa), kondisi psikologis (kecerdasan, bakat, minat, motivasi, serta keadaan emosinya). Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, diantaranya yaitu faktor lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah (kurikulum, metode pembelajaran, sarana dan fasilitas serta guru/pengajar). Belajar adalah suatu tindakan dan perilaku siswa yang kompleks sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Tindakan belajar siswa tentang sesuatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar. Setiap manusia dimana saja berada tentu melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang ingin mencapai cita-citanya tentu harus belajar dengan giat. Bukan hanya di sekolah saja, tetapi juga harus belajar di rumah, dalam masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan ekstra di luar sekolah, berupa kursus, les privat, bimbingan studi dan sebagainya.
Pembahasan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotic dan abiotik tidak dapat dihindari. Itulah hukum alam yang harus dihadapi oleh anak didik sebagai makhluk hidup yang tergolong kelompok biotik. Orang sering mengartikan lingkungan secara sempit, seolah-olah lingkungan hanyalah alam sekitar di luar diri manusia / individu. Secara harfiah lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengitari kehidupan, baik berupa fisik seperti alam jagat raya dengan segala isinya, maupun berupa nonfisik, seperti suasana kehidupan beragama, nilai-nilai, dan adat istiadat yang berlaku di masyarakat, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan yang berkembang, kedua lingkungan tersebut hadir secara kebetulan, yakni tanpa diminta dan direncanakan oleh manusia.
Menurut Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) dalam buku M. Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa lingkungan ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain.
Menurut Mohammad Surya, lingkungan adalah segala hal yang merangsang individu, sehingga individu turut terlibat dan mempengaruhi perkembangannya. Menurut Zakiah Daradjat, dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain, lingkungan adalah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia, atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang. Sejauh manakah seseorang berhubungan dengan lingkungannya, sejauh itu pula terbuka peluang masuknya pengaruh pendidikan kepadanya. Selanjutnya, dia juga menjelaskan bahwa pengetahuan tentang lingkungan, bagi para pendidik merupakan alat untuk dapat mengerti, memberikan penjelasan dan mempengaruhi anak secara lebih baik. Misalnya, anak manja biasanya berasal dari lingkungan keluarga yang anaknya tunggal atau anak yang yang nakal di sekolah umumnya di rumah mendapat didikan yang keras atau kurang kasih sayang dan mungkin juga karena kurang mendapat perhatian gurunya.
Sedangkan Pendidikan atau dalam bahasa arab tarbiyah dari sudut pandang etimologi berasal dari tiga kelompok kata yaitu 1). Rabaa yarbuu yang berarti bertambah dan bertumbuh, 2). Rabiya yarba yang berarti menjadi besar, 3). Rabba yarubbu yang berarti memperbaki, menguasai urusan, menuntut, menjaga, dan memelihara. Pendidikan harus dipahami sebagai suatu proses. Proses yang sedang mengalami pembaruan atau perubahan ke arah yang lebih baik.
Menurut Ahmad Tafsir adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif. Usaha itu banyak macamnya. Satu diantaranya dengan cara mengajarnya yaitu mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Selain itu ditempuh juga usaha lain, yakni memberikan contoh (teladan) agar ditiru, membiasakan, memberikan pujian dan hadiah, dan lain-lain.
Pendidikan juga merupakan seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh pendidik/guru kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan kepribadian baik jasmani maupun rohani, secara formal, informal maupun non-formal yang berjalan terus-menerus untuk mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi, baik nilai insaniyah atau ilahiyah.
Jadi, dari beberapa penjelasan tentang pengertian lingkungan dan pendidikan, penulis dapat simpulkan bahwa Lingkungan Pendidikan adalah segala sesuatu yang mencakup iklim, geografis, adat istiadat, tempat tinggal atau istiadat dan lainnya yang dapat memberikan penjelasan serta mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan anak untuk menjadi manusia yang lebih baik yang mempunyai nilai tinggi, baik nilai insaniyah dan ilahiyah. Sejauh manakah seseorang berhubungan dengan lingkungan, sejauh itu pula terbuka peluang masuknya pengaruh pendidikan kepadanya.Tetapi keadaan itu tidak selamanya bernilai pendidikan, artinya mempunyai nilai positif bagi perkembangan seseorang karena bisa saja merusak perkembangannya.
Oleh karena itu, Ramayulis dalam bukunya menjelaskan bahwa Lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan pendidikan islam. Karena perkembangan jiwa anak itu sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Lingkungan dapat memberikan pengaruh positif dan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak, sikapnya, akhlaknya, dan perasaan agamanya. Positif apabila memberikan dorongan terhadap keberhasilan proses pendidikan itu. Dikatakan negatif apabila lingkungan menghambat keberhasilan. Pengaruh tersebut terutama datang dari teman sebaya dan masyarakat lingkungannya.
Jenis-Jenis Lingkungan Pendidikan
Dalam kegiatan pendidikan, kita melihat adanya unsur pergaulan dan unsur lingkungan yang keduaanya tidak terpisahkan tetapi dapat dibedakan. Dalam pergaulan tidak selalu berlangsung pendidikan walaupun didalamnya terdapat factor-faktor yang mendidik. Pergaulan semacam itu dapat terjadi dalam: 1.) Hidup bersama orang tua, nenek, kakek, atau adik dan saudara-saudara lainnya dalam suatu keluarga 2.) Berkumpul dengan teman-teman sebaya 3.) Bertempat tinggal dalam satu lingkungan kebersamaan di kota, di desa, atau dimana saja.
Diantara ketiga pergaulan diatas, sudah jelas Keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling awal yang kemudian dilengkapi dengan lingkungan pendidikan di sekolah dan lingkungan masyarakat secara lebih luas. Demikian pula kebudayaan seperti bahasa, adat istiadat, kebiasaan, hasil seni, peraturan, merupakan lingkungan yang memberikan pengaruh yang cukup berarti bagi perkembangan individu. Ki Hajar Dewantoro membedakan lingkungan pendidikan menjadi tiga, dan yang kita kenal dengan Tri Pusat Pendidikan yaitu:
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan suatu soaial terkecil dalam kehidupan umat manusia sebagai makhluk sosial, ia merupakan unit pertama dalam masyarakat. Disitulah terbentuknya tahap awal proses sosialiasi dan perkembangan individu.
Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan diatara golongannya bersifat khas. Di lingkungan ini terletak dasar-dasar pendidikan. Disini pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku didalamnya.
Menurut Mohammad Surya dalam bukunya menjelaskan bahwa dari sekian banyak faktor -faktor yang mengkodidisikan penyesuaian diri, tidak ada satupun faktor yang lebih penting selain daripada factor rumah dan keluarga karena keluarga merupakan satuan kelompok sosial yang terkecil. Dan lingkungan yang paling awal bagi perkembangan individu adalah Rahim ibu yang kemudian berkembang pada lingkungan yang lebih luas, seperti pola dan kualitas pertumbuhan dan perkembangan individu lingkungan tersebut. Lingkungan alam tempat individu dilahirkan dan dibesarkan akan banyak mempengaruhi kondisi perkembangan individu.
Pendidikan keluarga adalah juga pendidikan masyarakat, karena disamping keluarga itu sendiri sebagai kesatuan kecil dari bentuk kesatuan-kesatuan masyarakat, juga karena pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya sesuai dan dipersiapkan untuk kehidupan anak-anak itu di masyarakat kelak. Pendidikan yang tidak mau mengikuti derap langkah kemajuan masyarakat. Dengan demikian nampaklah adanya hubungan erat antara keluarga dengan masyarakat.
Oleh karena itu, kunci pendidikan dalam rumah tangga / keluarga sebenarnya terletak pada pendidikan rohani dalam arti pendidikan kalbu, lebih tegas lagi pendidikan agama bagi anak. Mengapa? karena pendidikan agamalah yang berperan besar dalam pembentuk pandangan hidup seseorang. Ada dua arah mengenai kegunaan pendidikan agama dalam rumah tangga. Pertama, penanaman nilai dalam arti pandangan hidup, yang kelak mewarnai perkembangan jasmani dan akalnya. Kedua, penanaman sikap yang kelak menjadi basis dalam menghargai guru dan pengetahuan di sekolah.
2. Lingkungan Sekolah
Kegiatan pendidikan pada mulanya dilaksanakan dalam lingkungan keluarga dengan menempatkan ayah dan ibu sebagai pendidikan utama, dengan semakin dewasanya anak semakin banyak hal-hal yang dibutuhkannya untuk dapat hidup di dalam masyarakat secara 41 layak dan wajar. Sebagai respon dalam memenuhi kebutuhan tersebut muncullah usaha untuk mendirikan sekolah di lingkungan keluarga.
Sekolah memang peranan penting dalam pendiidkan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagi pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak. Dengan sekolah, pemerintah mendidik bangsanya untuk menjadi seorang ahli yang sesuai dengan bidang dan bakatnya si anak yang berguna bagi dirinya, dan berguna bagi nusa dan bangsanya.
Sekolah sengaja disediakan atau dibangun khusus untuk tempat pendidikan, maka dari itu, sekolah sebagai tempat atau lembaga pendiidkan kedua setelah keluarga, lebih – lebih mempunyai fungsi melanjutkan pendidikan keluarga dengan guru sebagi pengganti orang yang harus ditaati. Dalam perkembangan fisik dan psikologi anak, selanjutnya anak itu memperoleh pengalaman-pengalaman baru dalam hubungan sosialnya dengan anak – anak lain yang berbeda status sosial, kesukuan, agama, jenis kelamin, dan kepribadian. Lambat laun ia membebaskan diri dari ikatan rumah tangga untuk mencapai kedewasaan dalam hubungan sosialnya dengan masyarakat luas.
3. Lingkungan Masyarakat
Dari lahir sampai mati manusia hidup sebagai anggota masyarakat. Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang di sekitar dan dengan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang lain. Interaksi sosial sangat utama dalam tiap masyarakat. Masyarakat merupakan lembaga pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehudupan sosial serta berjenis-jenis budaya.
Masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati suatu daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan sadar akan kesatuannya, serta dapat bertindak bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya. Unsur-unsur pokok dan suatu masyarakat adalah: a. Adanya unsur kelompok manusia yang bertempat tinggal di daerah tertentu. b. Mempunyai tujuan yang sama c. Mempunyai nilai-nilai dan norma-norma yanh ditaati bersama d. Mempunyai perasaan baik suka maupun duka e. Mempunyai organisasi yang ditaati.
Di masyarakat terdapat norma-norma sosial budaya yang harus diikuti oleh warganya dan norma-norma itu berpengaruh dalam pembentukan kepribadian warganya dalam bertindak dan bersikap. Norma-norma masyarakat yang berpengaruh tersebut merupakan aturan-aturan yang ditularkan oleh generasi tua kepada generasi mudanya. Penularan-penularan yang dilakukan dengan sadar dan bertujuan ini sudah merupakan proses pendidikan masyarakat. Contoh tentang sopan santun orang timur yang mengajarkan atau menentukan cara memberi sesuatu kepada, atau menerima sesuatu dari orang lain dengan tangan kanan. Dalam masyarakat primitif tidak ada pendidikan formal yang tersendiri. Setiap anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan harus menguasai sejumlah kelakuan yang diharapkan daripadanya pada saatnya tanpa adanya guru tetentu yang bertanggung jawab atas kelakuanya.
Kedudukan Lingkungan Kelurga, Sekolah, Dan Masyarakat Dalam Pendidikan
Pendidikan adalah bagian dari proses kehidupan, pendidikan itu merupakan perubahan pada seseorang, kesadaran pribadi seorang terhadap lingkungan, pengembangan kapasitas seseorang dalam rangka mengubah atau mengontrol lingkungan tersebut. Maka demikianlah, proses solidaritas seseorang sesuai dengan kapasitasnya demi mencapai kemajuan dan perubahan dalam mengubah atau mengontrol lingkungan.
Keluarga, sekolah, dan masyarakat merupakan pusat lingkungan pendidikan. Namun keluargalah yang memberikan pengaruh pertama kali: keluarga merupakan pusat pendidikan yang paling berpengaruh dibandingkan yang lain, karena seorang anak masuk islam sejak awal kehidupannya, dan dala keluargalah ditanamkan benih-benih pendidikan. Demikian pula waktu yang dihabiskan seorang anak di rumah lebih banyak dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan di tempat lain, kedua orang tua merupakan figur yang paling berpengaruh terhadap anak. Sangat wajar dan logis jika tanggung jawab pendidikan terletak di tangan kedua orang tua dan tidak bisa dipikulkan kepada orang lain karena ia adalah darah dagingnya, kecuali keterbatasan kedua orang tua ini. Maka sebagian tanggung jawab pendidikan dapat dilimpahkan kepada orang lain, yaitu melalui sekolah. Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain: 1. Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan karena si anak memerlukan makan, minum, dan perawatan agar ia dapat hidup secara berkelanjutan 2. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya 3. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupannya kelak, sehingga bila ia telah dewasa mampu berdiri sendiri dan membantu orang lain, 4. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah SWT, sesuai tujuan akhir hidup muslim.
Adanya kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara kontinu perlu dikembangkan kepada setiap orang tua sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tua, tetapi telah didasari oleh teori-teori pendidikan modern, sesuai dengan perkembangan zaman yang cenderung selalu berubah.
Penutup
Dari paparan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan dan pendidikan, penulis dapat simpulkan bahwa Lingkungan Pendidikan adalah segala sesuatu yang mencakup iklim, geografis, adat istiadat, tempat tinggal atau istiadat dan lainnya yang dapat memberikan penjelasan serta mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan anak untuk menjadi manusia yang lebih baik yang mempunyai nilai tinggi, baik nilai insaniyah dan ilahiyah. Sejauh manakah seseorang berhubungan dengan lingkungan, sejauh itu pula terbuka peluang masuknya pengaruh pendidikan kepadanya.Tetapi keadaan itu tidak selamanya bernilai pendidikan, artinya mempunyai nilai positif bagi perkembangan seseorang karena bisa saja merusak perkembangannya. Ki Hajar Dewantoro membedakan lingkungan pendidikan menjadi tiga, dan yang kita kenal dengan Tri Pusat Pendidikan yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. Keluarga, sekolah, dan masyarakat merupakan pusat lingkungan pendidikan. Namun keluargalah yang memberikan pengaruh pertama kali: keluarga merupakan pusat pendidikan yang paling berpengaruh dibandingkan yang lain, karena seorang anak masuk islam sejak awal kehidupannya, dan dala keluargalah ditanamkan benih-benih pendidikan.
Daftar Pustaka
Bahri Djamarah Syaiful, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2002).
Purwanto M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset Bandung, 2000).
Surya Mohamad, Psikologi Guru: Konsep Dan Aplikasinya, (Bandung: ALFABETA CV, 2014).
Ungguh Muliawan Jasa, Pendidikan Islam Integratif, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005)
Ahmadi Abu dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1995)
AR Muhammad, Pendidikan Di Alaf Baru: Rekonstruksi Atas Moralitas Pendidikan, (Jogjakarta: PRISMASOPHIE, 2003)
(Jenis dan Kedudukan Lingkungan Pendidikan)
Moh Fahrizal Hanifi
Institut Agama Islam Negeri Madura
Post el: mohfahrizalhanifi23@gmail.com
ABSTRAK
Prestasi belajar merupakan tolok ukur yang digunakan untuk mengetahui faktor keberhasilan siswa dalam pelajarannya di sekolah yang diperoleh dari hasil evaluasi belajar setelah siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar yang baik dipengaruhi oleh berbagai faktor, secara garis besar terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal, yang mendukung prestasi belajar itu sendiri dari faktor eksternal dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan pendidikan (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat).
Kata kunci: Lingkungan Pendidikan, Aktivitas Belajar, Prestasi Belajar Siswa.
Pendahuluan
Percepatan arus informasi dalam arus globalisasi yang semakin hebat, termasuk dalam sistem pendidikan menuntut kita menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, terampil, dan potensial sebagai pelaksanaan pembangunan dalam upaya mewujudkan tujuan nasional. Penyelenggaran pendidikan dapat dilakukan melalui pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan sumber daya manusia karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan sumber daya manusia sehingga dapat menciptakan manusia produktif yang mampu memajukan bangsanya. Pendidikan dalam arti luas di dalamnya terkandung pengertian mendidik, membimbing, mengajar dan melatih. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok.
Dijelaskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sebagaimana disampaikan oleh C. Clark yang dikutip dari Sudjana bahwa hasil belajar siwa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siwa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut Slameto faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa, misalnya disiplin belajar, kondisi fisiologis (keadaan fisik dari siswa), kondisi psikologis (kecerdasan, bakat, minat, motivasi, serta keadaan emosinya). Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, diantaranya yaitu faktor lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah (kurikulum, metode pembelajaran, sarana dan fasilitas serta guru/pengajar). Belajar adalah suatu tindakan dan perilaku siswa yang kompleks sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Tindakan belajar siswa tentang sesuatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar. Setiap manusia dimana saja berada tentu melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang ingin mencapai cita-citanya tentu harus belajar dengan giat. Bukan hanya di sekolah saja, tetapi juga harus belajar di rumah, dalam masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan ekstra di luar sekolah, berupa kursus, les privat, bimbingan studi dan sebagainya.
Pembahasan
Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotic dan abiotik tidak dapat dihindari. Itulah hukum alam yang harus dihadapi oleh anak didik sebagai makhluk hidup yang tergolong kelompok biotik. Orang sering mengartikan lingkungan secara sempit, seolah-olah lingkungan hanyalah alam sekitar di luar diri manusia / individu. Secara harfiah lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengitari kehidupan, baik berupa fisik seperti alam jagat raya dengan segala isinya, maupun berupa nonfisik, seperti suasana kehidupan beragama, nilai-nilai, dan adat istiadat yang berlaku di masyarakat, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan yang berkembang, kedua lingkungan tersebut hadir secara kebetulan, yakni tanpa diminta dan direncanakan oleh manusia.
Menurut Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) dalam buku M. Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa lingkungan ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain.
Menurut Mohammad Surya, lingkungan adalah segala hal yang merangsang individu, sehingga individu turut terlibat dan mempengaruhi perkembangannya. Menurut Zakiah Daradjat, dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain, lingkungan adalah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang. Ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia, atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang. Sejauh manakah seseorang berhubungan dengan lingkungannya, sejauh itu pula terbuka peluang masuknya pengaruh pendidikan kepadanya. Selanjutnya, dia juga menjelaskan bahwa pengetahuan tentang lingkungan, bagi para pendidik merupakan alat untuk dapat mengerti, memberikan penjelasan dan mempengaruhi anak secara lebih baik. Misalnya, anak manja biasanya berasal dari lingkungan keluarga yang anaknya tunggal atau anak yang yang nakal di sekolah umumnya di rumah mendapat didikan yang keras atau kurang kasih sayang dan mungkin juga karena kurang mendapat perhatian gurunya.
Sedangkan Pendidikan atau dalam bahasa arab tarbiyah dari sudut pandang etimologi berasal dari tiga kelompok kata yaitu 1). Rabaa yarbuu yang berarti bertambah dan bertumbuh, 2). Rabiya yarba yang berarti menjadi besar, 3). Rabba yarubbu yang berarti memperbaki, menguasai urusan, menuntut, menjaga, dan memelihara. Pendidikan harus dipahami sebagai suatu proses. Proses yang sedang mengalami pembaruan atau perubahan ke arah yang lebih baik.
Menurut Ahmad Tafsir adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) terhadap seseorang (anak didik) agar tercapai perkembangan maksimal yang positif. Usaha itu banyak macamnya. Satu diantaranya dengan cara mengajarnya yaitu mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya. Selain itu ditempuh juga usaha lain, yakni memberikan contoh (teladan) agar ditiru, membiasakan, memberikan pujian dan hadiah, dan lain-lain.
Pendidikan juga merupakan seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh pendidik/guru kepada peserta didik terhadap semua aspek perkembangan kepribadian baik jasmani maupun rohani, secara formal, informal maupun non-formal yang berjalan terus-menerus untuk mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi, baik nilai insaniyah atau ilahiyah.
Jadi, dari beberapa penjelasan tentang pengertian lingkungan dan pendidikan, penulis dapat simpulkan bahwa Lingkungan Pendidikan adalah segala sesuatu yang mencakup iklim, geografis, adat istiadat, tempat tinggal atau istiadat dan lainnya yang dapat memberikan penjelasan serta mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan anak untuk menjadi manusia yang lebih baik yang mempunyai nilai tinggi, baik nilai insaniyah dan ilahiyah. Sejauh manakah seseorang berhubungan dengan lingkungan, sejauh itu pula terbuka peluang masuknya pengaruh pendidikan kepadanya.Tetapi keadaan itu tidak selamanya bernilai pendidikan, artinya mempunyai nilai positif bagi perkembangan seseorang karena bisa saja merusak perkembangannya.
Oleh karena itu, Ramayulis dalam bukunya menjelaskan bahwa Lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan pendidikan islam. Karena perkembangan jiwa anak itu sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Lingkungan dapat memberikan pengaruh positif dan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak, sikapnya, akhlaknya, dan perasaan agamanya. Positif apabila memberikan dorongan terhadap keberhasilan proses pendidikan itu. Dikatakan negatif apabila lingkungan menghambat keberhasilan. Pengaruh tersebut terutama datang dari teman sebaya dan masyarakat lingkungannya.
Jenis-Jenis Lingkungan Pendidikan
Dalam kegiatan pendidikan, kita melihat adanya unsur pergaulan dan unsur lingkungan yang keduaanya tidak terpisahkan tetapi dapat dibedakan. Dalam pergaulan tidak selalu berlangsung pendidikan walaupun didalamnya terdapat factor-faktor yang mendidik. Pergaulan semacam itu dapat terjadi dalam: 1.) Hidup bersama orang tua, nenek, kakek, atau adik dan saudara-saudara lainnya dalam suatu keluarga 2.) Berkumpul dengan teman-teman sebaya 3.) Bertempat tinggal dalam satu lingkungan kebersamaan di kota, di desa, atau dimana saja.
Diantara ketiga pergaulan diatas, sudah jelas Keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling awal yang kemudian dilengkapi dengan lingkungan pendidikan di sekolah dan lingkungan masyarakat secara lebih luas. Demikian pula kebudayaan seperti bahasa, adat istiadat, kebiasaan, hasil seni, peraturan, merupakan lingkungan yang memberikan pengaruh yang cukup berarti bagi perkembangan individu. Ki Hajar Dewantoro membedakan lingkungan pendidikan menjadi tiga, dan yang kita kenal dengan Tri Pusat Pendidikan yaitu:
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan suatu soaial terkecil dalam kehidupan umat manusia sebagai makhluk sosial, ia merupakan unit pertama dalam masyarakat. Disitulah terbentuknya tahap awal proses sosialiasi dan perkembangan individu.
Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan diatara golongannya bersifat khas. Di lingkungan ini terletak dasar-dasar pendidikan. Disini pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan yang berlaku didalamnya.
Menurut Mohammad Surya dalam bukunya menjelaskan bahwa dari sekian banyak faktor -faktor yang mengkodidisikan penyesuaian diri, tidak ada satupun faktor yang lebih penting selain daripada factor rumah dan keluarga karena keluarga merupakan satuan kelompok sosial yang terkecil. Dan lingkungan yang paling awal bagi perkembangan individu adalah Rahim ibu yang kemudian berkembang pada lingkungan yang lebih luas, seperti pola dan kualitas pertumbuhan dan perkembangan individu lingkungan tersebut. Lingkungan alam tempat individu dilahirkan dan dibesarkan akan banyak mempengaruhi kondisi perkembangan individu.
Pendidikan keluarga adalah juga pendidikan masyarakat, karena disamping keluarga itu sendiri sebagai kesatuan kecil dari bentuk kesatuan-kesatuan masyarakat, juga karena pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya sesuai dan dipersiapkan untuk kehidupan anak-anak itu di masyarakat kelak. Pendidikan yang tidak mau mengikuti derap langkah kemajuan masyarakat. Dengan demikian nampaklah adanya hubungan erat antara keluarga dengan masyarakat.
Oleh karena itu, kunci pendidikan dalam rumah tangga / keluarga sebenarnya terletak pada pendidikan rohani dalam arti pendidikan kalbu, lebih tegas lagi pendidikan agama bagi anak. Mengapa? karena pendidikan agamalah yang berperan besar dalam pembentuk pandangan hidup seseorang. Ada dua arah mengenai kegunaan pendidikan agama dalam rumah tangga. Pertama, penanaman nilai dalam arti pandangan hidup, yang kelak mewarnai perkembangan jasmani dan akalnya. Kedua, penanaman sikap yang kelak menjadi basis dalam menghargai guru dan pengetahuan di sekolah.
2. Lingkungan Sekolah
Kegiatan pendidikan pada mulanya dilaksanakan dalam lingkungan keluarga dengan menempatkan ayah dan ibu sebagai pendidikan utama, dengan semakin dewasanya anak semakin banyak hal-hal yang dibutuhkannya untuk dapat hidup di dalam masyarakat secara 41 layak dan wajar. Sebagai respon dalam memenuhi kebutuhan tersebut muncullah usaha untuk mendirikan sekolah di lingkungan keluarga.
Sekolah memang peranan penting dalam pendiidkan karena pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak. Maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolah pun mempunyai fungsi sebagi pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak. Dengan sekolah, pemerintah mendidik bangsanya untuk menjadi seorang ahli yang sesuai dengan bidang dan bakatnya si anak yang berguna bagi dirinya, dan berguna bagi nusa dan bangsanya.
Sekolah sengaja disediakan atau dibangun khusus untuk tempat pendidikan, maka dari itu, sekolah sebagai tempat atau lembaga pendiidkan kedua setelah keluarga, lebih – lebih mempunyai fungsi melanjutkan pendidikan keluarga dengan guru sebagi pengganti orang yang harus ditaati. Dalam perkembangan fisik dan psikologi anak, selanjutnya anak itu memperoleh pengalaman-pengalaman baru dalam hubungan sosialnya dengan anak – anak lain yang berbeda status sosial, kesukuan, agama, jenis kelamin, dan kepribadian. Lambat laun ia membebaskan diri dari ikatan rumah tangga untuk mencapai kedewasaan dalam hubungan sosialnya dengan masyarakat luas.
3. Lingkungan Masyarakat
Dari lahir sampai mati manusia hidup sebagai anggota masyarakat. Hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang di sekitar dan dengan demikian mengalami pengaruh dan mempengaruhi orang lain. Interaksi sosial sangat utama dalam tiap masyarakat. Masyarakat merupakan lembaga pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehudupan sosial serta berjenis-jenis budaya.
Masyarakat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati suatu daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan sadar akan kesatuannya, serta dapat bertindak bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya. Unsur-unsur pokok dan suatu masyarakat adalah: a. Adanya unsur kelompok manusia yang bertempat tinggal di daerah tertentu. b. Mempunyai tujuan yang sama c. Mempunyai nilai-nilai dan norma-norma yanh ditaati bersama d. Mempunyai perasaan baik suka maupun duka e. Mempunyai organisasi yang ditaati.
Di masyarakat terdapat norma-norma sosial budaya yang harus diikuti oleh warganya dan norma-norma itu berpengaruh dalam pembentukan kepribadian warganya dalam bertindak dan bersikap. Norma-norma masyarakat yang berpengaruh tersebut merupakan aturan-aturan yang ditularkan oleh generasi tua kepada generasi mudanya. Penularan-penularan yang dilakukan dengan sadar dan bertujuan ini sudah merupakan proses pendidikan masyarakat. Contoh tentang sopan santun orang timur yang mengajarkan atau menentukan cara memberi sesuatu kepada, atau menerima sesuatu dari orang lain dengan tangan kanan. Dalam masyarakat primitif tidak ada pendidikan formal yang tersendiri. Setiap anak harus belajar dari lingkungan sosialnya dan harus menguasai sejumlah kelakuan yang diharapkan daripadanya pada saatnya tanpa adanya guru tetentu yang bertanggung jawab atas kelakuanya.
Kedudukan Lingkungan Kelurga, Sekolah, Dan Masyarakat Dalam Pendidikan
Pendidikan adalah bagian dari proses kehidupan, pendidikan itu merupakan perubahan pada seseorang, kesadaran pribadi seorang terhadap lingkungan, pengembangan kapasitas seseorang dalam rangka mengubah atau mengontrol lingkungan tersebut. Maka demikianlah, proses solidaritas seseorang sesuai dengan kapasitasnya demi mencapai kemajuan dan perubahan dalam mengubah atau mengontrol lingkungan.
Keluarga, sekolah, dan masyarakat merupakan pusat lingkungan pendidikan. Namun keluargalah yang memberikan pengaruh pertama kali: keluarga merupakan pusat pendidikan yang paling berpengaruh dibandingkan yang lain, karena seorang anak masuk islam sejak awal kehidupannya, dan dala keluargalah ditanamkan benih-benih pendidikan. Demikian pula waktu yang dihabiskan seorang anak di rumah lebih banyak dibandingkan dengan waktu yang dihabiskan di tempat lain, kedua orang tua merupakan figur yang paling berpengaruh terhadap anak. Sangat wajar dan logis jika tanggung jawab pendidikan terletak di tangan kedua orang tua dan tidak bisa dipikulkan kepada orang lain karena ia adalah darah dagingnya, kecuali keterbatasan kedua orang tua ini. Maka sebagian tanggung jawab pendidikan dapat dilimpahkan kepada orang lain, yaitu melalui sekolah. Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain: 1. Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan karena si anak memerlukan makan, minum, dan perawatan agar ia dapat hidup secara berkelanjutan 2. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya 3. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupannya kelak, sehingga bila ia telah dewasa mampu berdiri sendiri dan membantu orang lain, 4. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah SWT, sesuai tujuan akhir hidup muslim.
Adanya kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara kontinu perlu dikembangkan kepada setiap orang tua sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tua, tetapi telah didasari oleh teori-teori pendidikan modern, sesuai dengan perkembangan zaman yang cenderung selalu berubah.
Penutup
Dari paparan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan dan pendidikan, penulis dapat simpulkan bahwa Lingkungan Pendidikan adalah segala sesuatu yang mencakup iklim, geografis, adat istiadat, tempat tinggal atau istiadat dan lainnya yang dapat memberikan penjelasan serta mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan anak untuk menjadi manusia yang lebih baik yang mempunyai nilai tinggi, baik nilai insaniyah dan ilahiyah. Sejauh manakah seseorang berhubungan dengan lingkungan, sejauh itu pula terbuka peluang masuknya pengaruh pendidikan kepadanya.Tetapi keadaan itu tidak selamanya bernilai pendidikan, artinya mempunyai nilai positif bagi perkembangan seseorang karena bisa saja merusak perkembangannya. Ki Hajar Dewantoro membedakan lingkungan pendidikan menjadi tiga, dan yang kita kenal dengan Tri Pusat Pendidikan yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. Keluarga, sekolah, dan masyarakat merupakan pusat lingkungan pendidikan. Namun keluargalah yang memberikan pengaruh pertama kali: keluarga merupakan pusat pendidikan yang paling berpengaruh dibandingkan yang lain, karena seorang anak masuk islam sejak awal kehidupannya, dan dala keluargalah ditanamkan benih-benih pendidikan.
Daftar Pustaka
Bahri Djamarah Syaiful, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2002).
Purwanto M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset Bandung, 2000).
Surya Mohamad, Psikologi Guru: Konsep Dan Aplikasinya, (Bandung: ALFABETA CV, 2014).
Ungguh Muliawan Jasa, Pendidikan Islam Integratif, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005)
Ahmadi Abu dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1995)
AR Muhammad, Pendidikan Di Alaf Baru: Rekonstruksi Atas Moralitas Pendidikan, (Jogjakarta: PRISMASOPHIE, 2003)
Komentar
Posting Komentar