Dasar dasar pendidikan
DASAR DASAR PENDIDIKAN
Moh Fahrizal Hanifi
MohFahrizalHanifi23@gmail.com
Institut Agama Islam Negeri Madura
Pendidikan merupakan suatu sistem yang terbangun dari beberapa komponen pendidikan yang satu dengan yang lain saling berhubungan. Sebagian masyarakat beranggapan bahwa kegagalan dan keberhasilan yang dialami oleh seseorang tergantung pada apa yang mereka dapatkan melalui persekolahan. Mereka lupa bahwa pendidikan tidak hanya persekolahan, melainkan banyak faktor yang turut menentukan kegagalan dan keberhasilan seseorang, seperti tujuan pendidikan, pendidik, anak didik, lingkungan pendidikan, dan alat pendidikan. Keberhasilan dan kegagalan seseorang tidak hanya melalui pendidikan di sekolah, tetapi sangat di tentukan oleh kerjasama antara faktor-faktor itu.
Kata Kunci: proses terbangunnya sebuah pendidikan, pengertian pendidikan
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sebuah sistem. Sebagai sistem, aktivitas pendidikan terbangun dalam beberapa komponen, yaitu pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, dan lingkungan pendidikan. Semua komponen yang membangun sistem pendidikan saling berhubungan, saling tergantung, dan saling menentukan satu sama lain. Setiap komponen memiliki fungsi masing-masing dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Aktivitas pendidikan akan terselenggara dengan baik apabila di dukung oleh komponen-komponen di maksud.
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang di berikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia lebih menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan di artikan sebagai usaha yang di jalankan oleh seseoarang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.
PEMBAHASAN
Pendidikan hadir dan berlangsung dalam konteks sosial-budaya. Pendidikan harus menempatkan kebudayaan sebagai fondasinya. Kebudayaan dan pendidikan bersifat inter-relasional. Kebudayaan menyediakan kerangka nilai dimana konsep dan aksi pendidikan diletakkan. Pada saat bersamaan, pendidikan berperan memperkaya dan mengembangkan kebudayaan. Sejalan dari hal tersebut, Ki Hadjar memandang bahwa pendidikan Indonesia harus dibangun berdasar filosofi nilai-nilai luhur bangsa. Ketika berpidato dalam sidang komite nasional Indonesia pusat (KNIP) pada tanggal 03 Maret 1947 di malang beliau menegaskan bahwa apabila dalam kebudayaan, pendidikan dan pengajaran di indonesia merdeka hanya sanggup meneruskan cara dan adat lama saja [warisan kolonial], maka tidak perlu adanya revolusi. Bahkan dengan ungkapan yang sangat tajam beliau memandang apabila bangsa Indonesia hanya menjadi pelajut warisan colonial, maka lebih baik bung tomo disuruh pulang saja untuk bertani misalnya, dan pemuda-pemuda Indonesia di suruh kembali saja untuk meneruskan pelajarannya di sekolah-sekolah (Dewantara, 1962). Dan adapun pengertian dasar dasar pendidikan lainnya adalah:
Yang dimaksud dasar pendidikan disini adalah pandangan yang mendasari seluruh aktivitas pendidikan, baik dalam rangka penyusunan teori perencanaan maupun pelaksanaan, dan penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak dari sejumlah azas-azas tertentu. Landasan dan azas tersebut sangat penting, karena merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu.
Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis dan cultural yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa depan. Kajian berbagai landasan pendidikan itu akan dapat membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan. Upaya memanuiakan manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan dalam latar sosial kebudayaan setiap masyarakat tertentu. Oleh karena itu, meskipun pendidikan itu universal, namun menjadi perbedaan-perbedaan tertentu sesuai dengan pandangan hidup dan latar sosio cultural tersebut. Dengan kata lain, pendidikan diselenggarakan berdasarkan filsafat hidup serta berlandaskan sosio cultural setiap masyarakat, termasuk di Indonesia(Tirtarahardja, 2000:82).
Namun, kiranya tidak ada satu Negara pun diatas dunia ini kecuali Negara jajahan yang mempunyai cita-cita kehidupan, dan kehidupan idiologis yang berbeda dan bertentangan dengan pandangan hidup dan falsafah hidup bangsa yang membentuk Negara itu. Dari pandangan hidup dan falsafah hidup bangsa itulah Negara menentukan cita-cita kehidupan dari kehidupan menentukan dasar dan tujuan pendidikan di negaranya(Indrakusuma, 1973:345).
Dasar filosofis
Landasan filosofis merupakan landasam yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu di perlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya, dan sebagainya. Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafah, falsafat).
Kata filsafat (Philosophy) yang bersumber dari bahasa yunani, yaitu Phitein berarti mencintai, dan sophos atau shopis berarti hikmah, arif atau bijaksana. Konsepsi-konsepsi filosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada umumnya bersumber dari dua faktor yaitu:
Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan
Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Filsafat berada diantara keduanya, kawasannya seluas dengan religi, namun lebih dekat dengan ilmu pengetahuan karena filsafat timbul dari keraguan dan karena mengandalkan akal manusia (Mudyahardja, 2002:126).
Tinjauan filosofis tentang sesuatu, termasuk pendidikan berarti berfikir bebas serta merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan istilah filsafat dapat dalam dua pendekatan yakni:
Filsafat sebagai kelanjutan dari berfikir ilmiah yang dapat dilakukan oleh setiap orang serta sangat bermanfaat dalam member makna kepada ilmu pengetahuannya itu.
Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup logika, epistemologi(tentang benar dan salah), etika(tentang baik dan buruk), estetika(tentang indah dan jelek), metafisika(tentang hakekat yang”ada”, termasuk akal itu sendiri), serta sosial dan politik(filsafat pemerintahan). Di samping itu, berkembang pula cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian spesifik, seperti filsafat ilmu, filsafat hukum, filsafat pendidikan, dan sebagainya. Landasan filosofis terhadap pendidikan dikaji terutama melalui filsafat pendidikan, yang menkaji masalah sekitar pendidikan dengan sudut pandang filsafat(Tirtarahardja, 2001: 84)
Pengertian tentang landasan filosofis
Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangakan pendidikan berusaha mewujudkan citra itu. Rumusan tentang harkat dan martabat manusia beserta masyarakatnya ikut menentukan tujuan dan cara-cara penyelenggaraaan pendidikan, dan dari sisi lain, pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia.
Pancasila sebagai landasan filosofis sistem pendidikan nasional.
Pasal 2 UU RI No. 2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikn nasional berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Rincian selanjutnya, tentang hal itu tercantum dalam penjelasan UU RI No. 2 Tahun 1989, yang menegaskan bahwa pembangunan nasional termasuk di bidang pendidikan, adalah pengamalan pancasila dan untuk itu pendidikan nasional mengusahakan antara lain:”Pembentukan manusia pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri”.
Dasar Sosiologis
Menurut Wayan Ardhana dalam Umar Tirtarahardja (2000:84), manusia selalu hidup berkelompok, sesuatu yang juga terdapat pada makhluk hidup lainnya, yakni hewan. Meskipun demikian pengelompokan manusia jauh lebih rumit dari pengelolaan hewan.
Sosial mengacu kepada hubungan antara individu, antara masyarakat, dan individu dengan masyarakat. Unsur soal ini merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek ini telah ada sejak manusia dilahirkan. Karena itu aspek sosial melekat pada diri individu yang perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang. Di samping tugas pendidikan mengembangkan aspek sosial, aspek itu sendiri sangat berperan dalam membantu anak itu dalam upaya mengembangkan dirinya. Maka segi sosial ini perlu diperhatikan dalam proses pendidikan(Pidarta, 1997: 144). Sosiologi mempelajari berbagai macam tindakan sosial yang menjelma dalam realitas sosial. Mengingat banyaknya realitas sosial maka lahirlah berbagai cabang sosiologi kebudayaan, sosiologi ekonomi, sosiologi agama, sosiologi pengetahuan, sosiologi pendidikan dan lain-lain.
Pengertian tentang landasan sosiologis
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi yang memungkinkan generasi muda memperkembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebut, maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang di pelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang yaitu:
Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
Hubungan kemanusiaan di sekolah
Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya
Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
bidang yang dipelajari tersebut sangat esensial sebagai sarana untuk memahami sistem pendidikan kaitannya dengan keseluruhan hidup masyarakat (Ardhana, 1986: 67). Kajian sosiologi tentang pendidikan pada prinsipnya mencakup semua jalur pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Khusus untuk jalur pendidikan luar sekolah, terutama apabila ditinjau dari sosiologi, maka pendidikan keluarga sangat penting, karena keluarga merupakan lembaga sosial yang pertama bagi setiap manusia. Proses sosialisasi akan dimulai dari keluarga, dimana anak mulai mengembangkan diri.
Dalam keluarga dapat ditanamkan nilai dan sikap yang dapat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Perubahan fungsi keluarga, pola hubungan orang tua dan anak di dalam keluarga, komposisi keanggotaan dalam keluarga, keberadaan orang tua(hanya bapak/ibu) dalam keluarga, dan perbedaan kelas sosial keluarga di perkirakan tetap berpengaruh terhadap perkembangan anak (Mudyahardja, 2001: 54).
Masyarakat Indonesia sebagai landasan sosiologis sistem pendidikan nasional
Masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antara sesamanya, saling bergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama, serta pada umumnya bertempat tinggal di wilayah tertentu dan adakalanya mereka mempunyai hubungan darah atau memiliki kepentingan bersama. Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri utama antara lain:
Ada interaksi antara warga warganya
Pola tingkah laku warganya diatur oleh adat istiadat, norma-norma, hukum dan aturan-aturan yang khas.
Ada rasa identitas kuat yang mengikat pada warganya. Kesatuan wilayah, kesatuan adat istiadat, rasa identitas, dan rasa loyalitas terhadap kelompoknya merupakan pangkal dari perasaan bangga sebagai patriotism, nasionalisme, jiwa korps, dan kesetiakawanan sosial dan lain-lain (Ardhana, 1986;68).
Dasar Ekonomis
Peranan ekonomi dalam dunia pendidikan cukup menentukan tetapi bukan pemegang peranan utama. Dunia pendidikan adalah lembaga yang berkewajiban mengembangkan individu manusia, sudah tentu pendidikan itu tidak akan membawa peserta didik kearah hidup yang membingungkan, menyusahkan, dan sengsara walaupun bisa mencari uang banyak.
Fungsi ekonomi dalam pendidikan adalah menunjang kelancaran proses pendidikan, disini peran ekonomi dalam sekolah juga merupakan salah satu bagian dari sumber pendidikan yang membuat anak mampu mengembangkan kognisi, afeksi, psikomotor untuk menjadi tenaga kerja yang handal dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, memiliki etos kerja dan bisa hidup hemat. Selain sebagai penunjang proses pendidikan ekonomi pendidikan juga berfungsi sebagai materi pelajaran dalam masalah ekonomi dalam kehidupan manusia. Kegunaan ekonomi dalam pendidikan terbatas pada:
Untuk membeli keperluan pendidikan yang tidak dapat dibuat sendiri atau bersama siswa
Membiayai segala perlengkapan gedung
Membayar jasa semua kegiatan pendidikan.
Untuk mengembangkan individu yang berprilaku ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keamanan para personalia pendidikan
Meningkatkan motivasi kerja
Membuat para personalia pendidikan lebih bergairah bekerja
Pembelajaran Tematik
Kemp (2014) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk memberikan serangkaian pengalaman belajar secara terstruktur. Pengalaman belajar ini diharapkan mampu menjadi bekal siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Seiring dengan upaya pencapaian tujuan pendidikan, beberapa model pembelajaran mulai bermunculan, salah satu model pembelajaran yang tidak asing lagi adalah model pembelajaran berbasis tematik atau pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik yang biasa di kenal dengan Integrated Thematic Instruction (ITI). Konvalik (1994) menjelaskan bahwa terdapat tiga komponen utama dalam model ITI ini yaitu, human brain, teaching strategis, dan curriculum development.
Trianto dalam Prastowo (2014), menyatakan bahwa pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan pada tema-tema tertentu. Tema yang dimaksudkan merupakan tema yang muncul dari pengidentifikasian ataupun peninjauan terhadap berbagai mata pelajaran. Pengidentifikasian yang dimaksud merupakan keterhubungan dan keterkaitan antar satu mata pelajaran atau satu bidang disiplin ilmu dengan yang lainnya, kemudian disatukan pada sebuah tema yang mengikatnya.
Kearifan Lokal
Kearifan lokal dapat dipahami dengan cara menguraikan terlebih dahulu makna kata yang membentuk kearifan lokal. Kearifan lokal terdiri dari dua suku kata, yaitu kearifan(wisdom) dan (local). Kearifan menurut kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti kebijaksanaan, sedangkan loka menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai setempat atau daerah setempat. Sumarmi dan amiruddin (2014) menjelaskan bahwa kearifan lokal merupakan pengetahuan lokal yang di gunakan oleh masyartakat lokal untuk bertahan hidup dalam suatu lingkungannya yang menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, hukum, budaya, dan di ekspresikan di dalam tradisi dan mitos yang di anut dalam waktu yang cukup lama. Secara umum, kearifan lokal memiliki ciri dan fungsi sebagai berikut:1). Sebagai penanda identitas sebuah komunitas. 2). Sebagai elemen perekat kohesi sosial. 3). Sebagai unsur budaya yang tumbuh dari bawah, eksis dan berkembang dalam masyarakat; bukan merupakan sebuah unsur yang di paksakan dari atas. 4). Berfungsi memberikan warna kebersamaa bagi komunitas tertentu. 5) dapat mengubah pola piker dan hubungan timbal balik antara individu dan kelompok dengan meletakkannya di atas common ground.
Dasar psikologis
Penelitian tindakan adalah jenis penelitian yang mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesional garu dalam proses pembelajaran di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Penelitian tindakan merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan sekolah dan pengembangan keahlian mengajarKeterampilan menulis sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa merupakan tahapan akhir yang dikuasai siswa, karena siswa dapat menulis dengan baik apabila serangkaian tahapan keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara dan membaca), telah dikuasai siswa.Menurut Slamet (2008: 141) . mengungkapkan bahwa keterampilan menulis pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata dapat disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. Salah satu strategi untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menulis narasi adalah pembelajaran dengan cara yang menyenangkanHal ini dapat dimulai dari menggali pengalaman, kegiatan seharihari siswa, secara alami. Siswa merasa senang tanpa merasa terikat oleh kaidahkaidah menulis yang dirasa monotun dan membosankan. Hal itu, dapat diaktualisasikan melalui pendekatan kostruktivisme.Menulis di sini sama dengan mengarang. Hal ini dipakai sebagai selangseling.Menulis, merupakan keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikan bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami dan dimengerti oleh orang lain untuk meningkatkan keterampilan menulisnarasisiswa kelas tinggi Sekolah Dasar (kelas V) di Sekolah Dasar Latihan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.
Dasar yuridis
Keadilan menurut teori Aristoteles adalah suatu keadilan (distributif) dengan memberikan apa telah menjadi hak seseorang karena karena jasa-jasa yang telah diberikannya, jadi keadilan itu ada seseorang telah berbuat sesuatu, sedang teori lainya(kumulatif) dinyatakan seseorang tidak harus memberikan atau berbuat sesuatu untuk mendapatkan keadilan, karena keadilan akan memberikan sesuatu yang tanpa tanpa memberdakan. Dari kedua jenis keadilan ini keadilan menjadi sesuatu yang pasti artinya kesaman perlakuan terhadap semua orang dan persamaan perlakuan sesuai dengan apa yang kita lakukan, ini menjadi seolah olah keadilan menjadi pasif atau tidak bergantung dengan apa yang kita usahakan atau kita berikan dalam usaha untu mendapatkan nilai keadilan. Dalam kehidupan nyata ada beberapa hal yang menjadi tahapan tahapan yang harus dilalui perihal keadilan yang akan kita dapatkan misalnya tahapan ketika berhadapan dengan norma- norma dalam masyarakat termasuk aturan hukum yang berlaku. Sedangkan keadilan keadilanmoral hamya berpatokan pada kewajiban dan moral dalam masyarakat, sedangkan kita mengetahui bahwa moral dalam masyarakat juga tidak statis, moral pada pada masyarakat selain bergantung kepada nilai-nilai yang tumbuh dalam masyarakat juga dipengaruhi oleh norma dan budaya dari luar yang tidak sesuai dengan norma masyarakat kita. Nilai keadilan akan bergantung dari bagaimana keadilan itu lihat. Bagaimana nilai keadilan akan berjalan ketika keadilan dilihat dari sisi moral, dari sisi hukum atau aturan yang berlaku, dari sisi hak dan kewajiban dan sisi apa yang kita usahakan/kreatifitas dan sebagainya. Menurut Pendapat montesquieu untuk mewujudkan keadilan protektif diperlukan tiga hal yaitu tujuan sosial yang harus diwujudkan bersama, jaminan terhadap hak asasi manusia dan konsistensi dalam mewujudkan kesejahteraan umum.
KESIMPULAN
Pendidikan merupakan usaha sadar dari terencana yang di lakukan oleh pendidik untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia tersebut melalui proses pengajaran dan pelatihan.
Landasan pendidikan secara singkat dapat di katakan sebagai tempat bertumpu atau dasar dalam melakukan analisis kritis terhadap kaidah-kaidah dan kenyataan (fakta) tentang kebijakan dan praktik pendidikan. Adapun asas pendidikan merupakan tumpuan cara berpikir yang memberikan corak terhadap penyelenggaraan pendidikan.
Landasan pendidikan ialah dasar atau titik tumpu dalam penentuan kebijakan dan praktik pendidikan adapun asas-asas pendidikan adalah pertimbangan yang di gunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang di landasi oleh pemikiran pemikiran tentang bagaimana layaknya pendidikan di selenggarakan.
Sehubungan dengan pengertian tersebut maka landasan pendidikan indonesia terdiri dari landasan filosofis, psikologis, sosilogis, ekonomis dan yuridis.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal teori dan praktis pembelajaran, vol.1 no. 1 april 2016
Jurnal pendidikan dasar, volume 8 2, desember 2017
Jurnal Program Studi PGRA|| Volume 3, Nomor 1, Januari 2017 | 13
Maunah Binti,2009, ilmu pendidikan, Yogyakarta: TERAS KOMPLEK polri,
Muhmidayeli. 2013, Filsafat pendidikan, bandung: PT. Refika media
Moh Fahrizal Hanifi
MohFahrizalHanifi23@gmail.com
Institut Agama Islam Negeri Madura
Pendidikan merupakan suatu sistem yang terbangun dari beberapa komponen pendidikan yang satu dengan yang lain saling berhubungan. Sebagian masyarakat beranggapan bahwa kegagalan dan keberhasilan yang dialami oleh seseorang tergantung pada apa yang mereka dapatkan melalui persekolahan. Mereka lupa bahwa pendidikan tidak hanya persekolahan, melainkan banyak faktor yang turut menentukan kegagalan dan keberhasilan seseorang, seperti tujuan pendidikan, pendidik, anak didik, lingkungan pendidikan, dan alat pendidikan. Keberhasilan dan kegagalan seseorang tidak hanya melalui pendidikan di sekolah, tetapi sangat di tentukan oleh kerjasama antara faktor-faktor itu.
Kata Kunci: proses terbangunnya sebuah pendidikan, pengertian pendidikan
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sebuah sistem. Sebagai sistem, aktivitas pendidikan terbangun dalam beberapa komponen, yaitu pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, dan lingkungan pendidikan. Semua komponen yang membangun sistem pendidikan saling berhubungan, saling tergantung, dan saling menentukan satu sama lain. Setiap komponen memiliki fungsi masing-masing dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Aktivitas pendidikan akan terselenggara dengan baik apabila di dukung oleh komponen-komponen di maksud.
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang di berikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia lebih menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan di artikan sebagai usaha yang di jalankan oleh seseoarang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.
PEMBAHASAN
Pendidikan hadir dan berlangsung dalam konteks sosial-budaya. Pendidikan harus menempatkan kebudayaan sebagai fondasinya. Kebudayaan dan pendidikan bersifat inter-relasional. Kebudayaan menyediakan kerangka nilai dimana konsep dan aksi pendidikan diletakkan. Pada saat bersamaan, pendidikan berperan memperkaya dan mengembangkan kebudayaan. Sejalan dari hal tersebut, Ki Hadjar memandang bahwa pendidikan Indonesia harus dibangun berdasar filosofi nilai-nilai luhur bangsa. Ketika berpidato dalam sidang komite nasional Indonesia pusat (KNIP) pada tanggal 03 Maret 1947 di malang beliau menegaskan bahwa apabila dalam kebudayaan, pendidikan dan pengajaran di indonesia merdeka hanya sanggup meneruskan cara dan adat lama saja [warisan kolonial], maka tidak perlu adanya revolusi. Bahkan dengan ungkapan yang sangat tajam beliau memandang apabila bangsa Indonesia hanya menjadi pelajut warisan colonial, maka lebih baik bung tomo disuruh pulang saja untuk bertani misalnya, dan pemuda-pemuda Indonesia di suruh kembali saja untuk meneruskan pelajarannya di sekolah-sekolah (Dewantara, 1962). Dan adapun pengertian dasar dasar pendidikan lainnya adalah:
Yang dimaksud dasar pendidikan disini adalah pandangan yang mendasari seluruh aktivitas pendidikan, baik dalam rangka penyusunan teori perencanaan maupun pelaksanaan, dan penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak dari sejumlah azas-azas tertentu. Landasan dan azas tersebut sangat penting, karena merupakan pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu.
Beberapa diantara landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis dan cultural yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa depan. Kajian berbagai landasan pendidikan itu akan dapat membentuk wawasan yang tepat tentang pendidikan. Upaya memanuiakan manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan dalam latar sosial kebudayaan setiap masyarakat tertentu. Oleh karena itu, meskipun pendidikan itu universal, namun menjadi perbedaan-perbedaan tertentu sesuai dengan pandangan hidup dan latar sosio cultural tersebut. Dengan kata lain, pendidikan diselenggarakan berdasarkan filsafat hidup serta berlandaskan sosio cultural setiap masyarakat, termasuk di Indonesia(Tirtarahardja, 2000:82).
Namun, kiranya tidak ada satu Negara pun diatas dunia ini kecuali Negara jajahan yang mempunyai cita-cita kehidupan, dan kehidupan idiologis yang berbeda dan bertentangan dengan pandangan hidup dan falsafah hidup bangsa yang membentuk Negara itu. Dari pandangan hidup dan falsafah hidup bangsa itulah Negara menentukan cita-cita kehidupan dari kehidupan menentukan dasar dan tujuan pendidikan di negaranya(Indrakusuma, 1973:345).
Dasar filosofis
Landasan filosofis merupakan landasam yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu di perlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya, dan sebagainya. Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafah, falsafat).
Kata filsafat (Philosophy) yang bersumber dari bahasa yunani, yaitu Phitein berarti mencintai, dan sophos atau shopis berarti hikmah, arif atau bijaksana. Konsepsi-konsepsi filosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya pada umumnya bersumber dari dua faktor yaitu:
Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan
Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran. Filsafat berada diantara keduanya, kawasannya seluas dengan religi, namun lebih dekat dengan ilmu pengetahuan karena filsafat timbul dari keraguan dan karena mengandalkan akal manusia (Mudyahardja, 2002:126).
Tinjauan filosofis tentang sesuatu, termasuk pendidikan berarti berfikir bebas serta merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan istilah filsafat dapat dalam dua pendekatan yakni:
Filsafat sebagai kelanjutan dari berfikir ilmiah yang dapat dilakukan oleh setiap orang serta sangat bermanfaat dalam member makna kepada ilmu pengetahuannya itu.
Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang mencakup logika, epistemologi(tentang benar dan salah), etika(tentang baik dan buruk), estetika(tentang indah dan jelek), metafisika(tentang hakekat yang”ada”, termasuk akal itu sendiri), serta sosial dan politik(filsafat pemerintahan). Di samping itu, berkembang pula cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian spesifik, seperti filsafat ilmu, filsafat hukum, filsafat pendidikan, dan sebagainya. Landasan filosofis terhadap pendidikan dikaji terutama melalui filsafat pendidikan, yang menkaji masalah sekitar pendidikan dengan sudut pandang filsafat(Tirtarahardja, 2001: 84)
Pengertian tentang landasan filosofis
Terdapat kaitan yang erat antara pendidikan dan filsafat karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat, sedangakan pendidikan berusaha mewujudkan citra itu. Rumusan tentang harkat dan martabat manusia beserta masyarakatnya ikut menentukan tujuan dan cara-cara penyelenggaraaan pendidikan, dan dari sisi lain, pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia.
Pancasila sebagai landasan filosofis sistem pendidikan nasional.
Pasal 2 UU RI No. 2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikn nasional berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Rincian selanjutnya, tentang hal itu tercantum dalam penjelasan UU RI No. 2 Tahun 1989, yang menegaskan bahwa pembangunan nasional termasuk di bidang pendidikan, adalah pengamalan pancasila dan untuk itu pendidikan nasional mengusahakan antara lain:”Pembentukan manusia pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri”.
Dasar Sosiologis
Menurut Wayan Ardhana dalam Umar Tirtarahardja (2000:84), manusia selalu hidup berkelompok, sesuatu yang juga terdapat pada makhluk hidup lainnya, yakni hewan. Meskipun demikian pengelompokan manusia jauh lebih rumit dari pengelolaan hewan.
Sosial mengacu kepada hubungan antara individu, antara masyarakat, dan individu dengan masyarakat. Unsur soal ini merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek ini telah ada sejak manusia dilahirkan. Karena itu aspek sosial melekat pada diri individu yang perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang. Di samping tugas pendidikan mengembangkan aspek sosial, aspek itu sendiri sangat berperan dalam membantu anak itu dalam upaya mengembangkan dirinya. Maka segi sosial ini perlu diperhatikan dalam proses pendidikan(Pidarta, 1997: 144). Sosiologi mempelajari berbagai macam tindakan sosial yang menjelma dalam realitas sosial. Mengingat banyaknya realitas sosial maka lahirlah berbagai cabang sosiologi kebudayaan, sosiologi ekonomi, sosiologi agama, sosiologi pengetahuan, sosiologi pendidikan dan lain-lain.
Pengertian tentang landasan sosiologis
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi yang memungkinkan generasi muda memperkembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebut, maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang di pelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang yaitu:
Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
Hubungan kemanusiaan di sekolah
Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya
Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
bidang yang dipelajari tersebut sangat esensial sebagai sarana untuk memahami sistem pendidikan kaitannya dengan keseluruhan hidup masyarakat (Ardhana, 1986: 67). Kajian sosiologi tentang pendidikan pada prinsipnya mencakup semua jalur pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Khusus untuk jalur pendidikan luar sekolah, terutama apabila ditinjau dari sosiologi, maka pendidikan keluarga sangat penting, karena keluarga merupakan lembaga sosial yang pertama bagi setiap manusia. Proses sosialisasi akan dimulai dari keluarga, dimana anak mulai mengembangkan diri.
Dalam keluarga dapat ditanamkan nilai dan sikap yang dapat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Perubahan fungsi keluarga, pola hubungan orang tua dan anak di dalam keluarga, komposisi keanggotaan dalam keluarga, keberadaan orang tua(hanya bapak/ibu) dalam keluarga, dan perbedaan kelas sosial keluarga di perkirakan tetap berpengaruh terhadap perkembangan anak (Mudyahardja, 2001: 54).
Masyarakat Indonesia sebagai landasan sosiologis sistem pendidikan nasional
Masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antara sesamanya, saling bergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama, serta pada umumnya bertempat tinggal di wilayah tertentu dan adakalanya mereka mempunyai hubungan darah atau memiliki kepentingan bersama. Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri utama antara lain:
Ada interaksi antara warga warganya
Pola tingkah laku warganya diatur oleh adat istiadat, norma-norma, hukum dan aturan-aturan yang khas.
Ada rasa identitas kuat yang mengikat pada warganya. Kesatuan wilayah, kesatuan adat istiadat, rasa identitas, dan rasa loyalitas terhadap kelompoknya merupakan pangkal dari perasaan bangga sebagai patriotism, nasionalisme, jiwa korps, dan kesetiakawanan sosial dan lain-lain (Ardhana, 1986;68).
Dasar Ekonomis
Peranan ekonomi dalam dunia pendidikan cukup menentukan tetapi bukan pemegang peranan utama. Dunia pendidikan adalah lembaga yang berkewajiban mengembangkan individu manusia, sudah tentu pendidikan itu tidak akan membawa peserta didik kearah hidup yang membingungkan, menyusahkan, dan sengsara walaupun bisa mencari uang banyak.
Fungsi ekonomi dalam pendidikan adalah menunjang kelancaran proses pendidikan, disini peran ekonomi dalam sekolah juga merupakan salah satu bagian dari sumber pendidikan yang membuat anak mampu mengembangkan kognisi, afeksi, psikomotor untuk menjadi tenaga kerja yang handal dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, memiliki etos kerja dan bisa hidup hemat. Selain sebagai penunjang proses pendidikan ekonomi pendidikan juga berfungsi sebagai materi pelajaran dalam masalah ekonomi dalam kehidupan manusia. Kegunaan ekonomi dalam pendidikan terbatas pada:
Untuk membeli keperluan pendidikan yang tidak dapat dibuat sendiri atau bersama siswa
Membiayai segala perlengkapan gedung
Membayar jasa semua kegiatan pendidikan.
Untuk mengembangkan individu yang berprilaku ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan dasar dan keamanan para personalia pendidikan
Meningkatkan motivasi kerja
Membuat para personalia pendidikan lebih bergairah bekerja
Pembelajaran Tematik
Kemp (2014) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk memberikan serangkaian pengalaman belajar secara terstruktur. Pengalaman belajar ini diharapkan mampu menjadi bekal siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Seiring dengan upaya pencapaian tujuan pendidikan, beberapa model pembelajaran mulai bermunculan, salah satu model pembelajaran yang tidak asing lagi adalah model pembelajaran berbasis tematik atau pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik yang biasa di kenal dengan Integrated Thematic Instruction (ITI). Konvalik (1994) menjelaskan bahwa terdapat tiga komponen utama dalam model ITI ini yaitu, human brain, teaching strategis, dan curriculum development.
Trianto dalam Prastowo (2014), menyatakan bahwa pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan pada tema-tema tertentu. Tema yang dimaksudkan merupakan tema yang muncul dari pengidentifikasian ataupun peninjauan terhadap berbagai mata pelajaran. Pengidentifikasian yang dimaksud merupakan keterhubungan dan keterkaitan antar satu mata pelajaran atau satu bidang disiplin ilmu dengan yang lainnya, kemudian disatukan pada sebuah tema yang mengikatnya.
Kearifan Lokal
Kearifan lokal dapat dipahami dengan cara menguraikan terlebih dahulu makna kata yang membentuk kearifan lokal. Kearifan lokal terdiri dari dua suku kata, yaitu kearifan(wisdom) dan (local). Kearifan menurut kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti kebijaksanaan, sedangkan loka menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai setempat atau daerah setempat. Sumarmi dan amiruddin (2014) menjelaskan bahwa kearifan lokal merupakan pengetahuan lokal yang di gunakan oleh masyartakat lokal untuk bertahan hidup dalam suatu lingkungannya yang menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, hukum, budaya, dan di ekspresikan di dalam tradisi dan mitos yang di anut dalam waktu yang cukup lama. Secara umum, kearifan lokal memiliki ciri dan fungsi sebagai berikut:1). Sebagai penanda identitas sebuah komunitas. 2). Sebagai elemen perekat kohesi sosial. 3). Sebagai unsur budaya yang tumbuh dari bawah, eksis dan berkembang dalam masyarakat; bukan merupakan sebuah unsur yang di paksakan dari atas. 4). Berfungsi memberikan warna kebersamaa bagi komunitas tertentu. 5) dapat mengubah pola piker dan hubungan timbal balik antara individu dan kelompok dengan meletakkannya di atas common ground.
Dasar psikologis
Penelitian tindakan adalah jenis penelitian yang mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesional garu dalam proses pembelajaran di kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Penelitian tindakan merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan sekolah dan pengembangan keahlian mengajarKeterampilan menulis sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa merupakan tahapan akhir yang dikuasai siswa, karena siswa dapat menulis dengan baik apabila serangkaian tahapan keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara dan membaca), telah dikuasai siswa.Menurut Slamet (2008: 141) . mengungkapkan bahwa keterampilan menulis pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata dapat disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. Salah satu strategi untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menulis narasi adalah pembelajaran dengan cara yang menyenangkanHal ini dapat dimulai dari menggali pengalaman, kegiatan seharihari siswa, secara alami. Siswa merasa senang tanpa merasa terikat oleh kaidahkaidah menulis yang dirasa monotun dan membosankan. Hal itu, dapat diaktualisasikan melalui pendekatan kostruktivisme.Menulis di sini sama dengan mengarang. Hal ini dipakai sebagai selangseling.Menulis, merupakan keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikan bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami dan dimengerti oleh orang lain untuk meningkatkan keterampilan menulisnarasisiswa kelas tinggi Sekolah Dasar (kelas V) di Sekolah Dasar Latihan PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.
Dasar yuridis
Keadilan menurut teori Aristoteles adalah suatu keadilan (distributif) dengan memberikan apa telah menjadi hak seseorang karena karena jasa-jasa yang telah diberikannya, jadi keadilan itu ada seseorang telah berbuat sesuatu, sedang teori lainya(kumulatif) dinyatakan seseorang tidak harus memberikan atau berbuat sesuatu untuk mendapatkan keadilan, karena keadilan akan memberikan sesuatu yang tanpa tanpa memberdakan. Dari kedua jenis keadilan ini keadilan menjadi sesuatu yang pasti artinya kesaman perlakuan terhadap semua orang dan persamaan perlakuan sesuai dengan apa yang kita lakukan, ini menjadi seolah olah keadilan menjadi pasif atau tidak bergantung dengan apa yang kita usahakan atau kita berikan dalam usaha untu mendapatkan nilai keadilan. Dalam kehidupan nyata ada beberapa hal yang menjadi tahapan tahapan yang harus dilalui perihal keadilan yang akan kita dapatkan misalnya tahapan ketika berhadapan dengan norma- norma dalam masyarakat termasuk aturan hukum yang berlaku. Sedangkan keadilan keadilanmoral hamya berpatokan pada kewajiban dan moral dalam masyarakat, sedangkan kita mengetahui bahwa moral dalam masyarakat juga tidak statis, moral pada pada masyarakat selain bergantung kepada nilai-nilai yang tumbuh dalam masyarakat juga dipengaruhi oleh norma dan budaya dari luar yang tidak sesuai dengan norma masyarakat kita. Nilai keadilan akan bergantung dari bagaimana keadilan itu lihat. Bagaimana nilai keadilan akan berjalan ketika keadilan dilihat dari sisi moral, dari sisi hukum atau aturan yang berlaku, dari sisi hak dan kewajiban dan sisi apa yang kita usahakan/kreatifitas dan sebagainya. Menurut Pendapat montesquieu untuk mewujudkan keadilan protektif diperlukan tiga hal yaitu tujuan sosial yang harus diwujudkan bersama, jaminan terhadap hak asasi manusia dan konsistensi dalam mewujudkan kesejahteraan umum.
KESIMPULAN
Pendidikan merupakan usaha sadar dari terencana yang di lakukan oleh pendidik untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia tersebut melalui proses pengajaran dan pelatihan.
Landasan pendidikan secara singkat dapat di katakan sebagai tempat bertumpu atau dasar dalam melakukan analisis kritis terhadap kaidah-kaidah dan kenyataan (fakta) tentang kebijakan dan praktik pendidikan. Adapun asas pendidikan merupakan tumpuan cara berpikir yang memberikan corak terhadap penyelenggaraan pendidikan.
Landasan pendidikan ialah dasar atau titik tumpu dalam penentuan kebijakan dan praktik pendidikan adapun asas-asas pendidikan adalah pertimbangan yang di gunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang di landasi oleh pemikiran pemikiran tentang bagaimana layaknya pendidikan di selenggarakan.
Sehubungan dengan pengertian tersebut maka landasan pendidikan indonesia terdiri dari landasan filosofis, psikologis, sosilogis, ekonomis dan yuridis.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal teori dan praktis pembelajaran, vol.1 no. 1 april 2016
Jurnal pendidikan dasar, volume 8 2, desember 2017
Jurnal Program Studi PGRA|| Volume 3, Nomor 1, Januari 2017 | 13
Maunah Binti,2009, ilmu pendidikan, Yogyakarta: TERAS KOMPLEK polri,
Muhmidayeli. 2013, Filsafat pendidikan, bandung: PT. Refika media
Komentar
Posting Komentar